Pertemuan hari itu terjadi di sebuah ruang yang dipenuhi peralatan canggih. Ruangan ini terdapat alat-alat yang terdapat untuk menunjang kegiatan praktikum dan penelitian antara lain PCR Box, mesin PCR, spin down, vortex, alat elektroforesis gel agarosa, spektrofotometer untuk analisis kuantitatif DNA, dan UV Gel Doc untuk pembacaan DNA secara kualitatif. Ruangan ini adalah laboratorium molekuler tempat Fiska dan “Si Audience” memulai petualangan inti dari proyek mereka. Fiska yang basic ilmunya di sarjana pendidikan, amat terbantu dengan “Si Audience” yang lulusan sarjana sains.
“Elektroforesis merupakan teknik yang mengukur laju
perpindahan atau pergerakan partikel-partikel bermuatan dalam suatu medan
listrik. Elektroforesis digunakan untuk mengamati hasil amplifikasi dari DNA
yang akan kita uji serta untuk mengetahui ukuran dan jumlah basa yang dikandung
suatu sekuen DNA tertentu sehingga kita bisa mengetahui hubungan kekerabatan
dari Bubalus bubalis (Kerbau)………………………” terang “Si Audience” dengan panjang
lebar menjelaskan kepada Fiska agar lebih mengenali alat-alat yang dipakai
untuk praktikum nantinya.
Dari 100% penjelasan yang diberikan “Si Audience”,
sepertinya hanya 50% yang benar-benar diserap oleh Fiska. Sisanya Fiska amat
terkesima dengan cara Kanza menjelaskan. Ya, nama “Si Audience” itu adalah
Kanza. Walaupun sudah berkenalan di acara pra pasca, namun sepertinya Fiska
abai dengan lelaki satu ini. Dia baru menyadari “keberadaan” lelaki cerdas,
santun, dan religious ini di proyek molekuler yang menyatukan mereka. Fiska
takjub dengan penjelasan ilmiah yang diberikan tanpa meninggalkan kaitannya
dengan agama. Pembahasan agama yang dipandangan Fiska sering kali membosankan, kali
ini terasa hangat sampai ke dalam benaknya. Hingga akhirnya Fiska berani untuk
menanyakan,
“Kanza, kenapa kamu selalu mengaitkan agama? padahal
kalau dipikir-pikir, jauh sekali kaitannya tapi kamu tetap bisa mengaitkannya”
“karena aku ingin menjadi ilmuan yang tidak lupa
akan agamanya. Ilmuku dapat aku gunakan sebagai media dakwahku kelak. Sejatinya
ilmu yang kita dapat juga dariNya, makanya dulu aku mengambil jurusan biologi
agar aku lebih dekat dengan ciptaanNya”
“Sampai segitunya?”
“Iya, keluargaku mengajarkan tujuan jangka panjang
dan merekapun aktif dalam dakwah jadi aku sudah terlatih. Mereka tidak pernah
memintaku kuliah tinggi, tetapi mereka selalu memotivasiku meraih keinginanku
yang ingin mempelajari ilmu biologi ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan tidak
menutup kemungkinan nantinya aku ingin mendapatkan beasiswa ke luar negeri,
selain untuk belajar sekalian untuk jalan-jalanlah, hehehe.”
Sekali lagi Fiska terpana. Betapa tidak terpikir olehnya hubungan antara ilmunya selama ini dengan agamanya. Tanpa Fiska sadari, perlahan pintu hatinya terbuka.
Hati
yang terkunci terbuka kembali
Kamu
yang pertama menyembuhkan luka
Tak
ingin lagi ku mengulang keliru akan cinta
Sesampainya di rumah Fiska merebahkan diri di tempat
tidur. Potongan lagu Kisah Sempurna milik Mahalini itu terlintas dalam benak
Fiska. Hatinya begitu berbunga-bunga, hatinya yang sempat tertutup akibat
tersakiti dengan penghianatan, kini mulai terbuka dengan hadirnya Kanza. Akankah
Kanza juga merasakan hal yang sama?
bersambung…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar