Jumat, 19 Mei 2023

Biografi Sang Supernova-Dee Lestari



Karena kau tak lihat terkadang malaikat

Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan

Namun kasih ini silahkan kau adu

Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Siapa yang tak kenal lirik lagu di atas. Lagu berjudul Malaikat Juga Tau tersebut merupakan buah karya Dewi Lestari Simangunsong atau yang lebih dikenal publik dengan nama Dee Lestari. Awal pertama kali Dee Lestari muncul sebagai penyanyi bersama dua orang partnernya yang terbentuk dalam RSD (Rida Sita Dewi). Demo lagu pertama mereka diciptakan oleh Andre Hehanussa dan Adjie Soetama berjudul Antara Kita yang album pertamanya RSD dirilis pada tahun 1995, menyusul album kedua Bertiga (1997). Album ketiga yakni Satu (1999) dan album terakhir mereka The Best of RSD (2002) dirilis oleh Sony Music Indonesia.

Dee Lestari lahir di Bandung pada 20 Januari 1975. Dee merupakan anak keempat dari 5 bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Tiurlan Siagian. Tiga saudara perempuannya aktif di bidang seni. Kakak perempuannya, Key Mangunsong adalah seorang sutradara dan penulis skenario. Kakak perempuan keduanya, Imelda Rosalin adalah seorang pianis dan penyanyi jazz. Adik perempuannya, Arina Ephipania, adalah seorang penyanyi dan merupakan vokalis band Mocca. Dee adalah lulusan Universitas Parahyangan dengan jurusan hubungan internasional. Sejak bergabung dengan RSD, Dee Lestari dikenal pula mahir dalam menulis lagu. Lagu pertamanya yang berhasil masuk dapur rekaman adalah Satu Bintang Di Langit Kelam (1995). Lagu tersebut juga menjadi salah satu hits single RSD. Lagu karya Dee berikutnya yang menjadi hits adalah Firasat yang dibawakan oleh Marcell pada album pertamanya. Dee juga sempat mengeluarkan album Rectoverso dengan single Malaikat Juga Tahu.

Dee kembali booming di dunia musik ketika Dee terlibat dalam adaptasi bukunya Perahu Kertas menjadi film. Dua single OST film tersebut, Perahu Kertas dan Tahu Diri, dipopulerkan oleh Maudy Ayunda merupakan karya Dee Lestari. Di album yang sama, Dee juga menulis Dua Manusia (Dendy), Langit Amat Indah (Rida Sita Dewi), A New World (Nadya Fatira).

Tak hanya menyanyi, Dee Lestari dikenal pula sebagai novelis handal. Beberapa karyanya telah diadaptasi menjadi film seperti Filosofi Kopi, Perahu Kertas, dan Rectoverso. Kemampuan menulisnya sudah muncul sejak kecil. Sejak umur 9 tahun, Dee memimpikan suatu saat nanti ketika ia pergi ke toko buku, ia akan dapat menemukan buku yang ditulisnya sendiri. Pada tahun 1993, Dee mengikuti lomba menulis artikel yang diadakan majalah Gadis. Dee menggunakan nama adiknya karena tidak percaya diri. Ternyata, artikel tersebut berhasil menjadi pemenang lomba. Beberapa tahun kemudian, kakaknya, Key Mangunsong, yang berteman dengan Hilman Hariwijaya (Lupus), menunjukkan cerpen Rico de Coro. Setelah membaca karya Dee, Hilman lalu berusaha menembuskannya ke majalah remaja Mode. Syukurlah Rico de Coro mendapat sambutan hangat dari pembaca saat itu.

Pada tahun 2000, Dee menulis sebuah buku yang menurutnya layak menjadi buku pertamanya, yakni Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ). Dee memutuskan menerbitkan bukunya tersebut di bawah label Truedee Books karena ia tidak yakin bahwa naskahnya bisa menembus penerbit. Tidak pernah ia bayangkan bahwa ternyata buku tersebut terjual laris. Kemudian pada bulan Januari 2001, Supernova KPBJ terbit, dan benar-benar di luar dugaan, karya tersebut memecahkan rekor buku terlaris dalam waktu singkat. Sebanyak 7000 buku terjual habis dalam waktu 14 hari.

Serial Supernova, yang sudah mencapai enam buku meliputi Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014), dan Inteligensi Embun Pagi (2016), konsisten menduduki rak best seller nasional. Buku Dee yang fenomenal lainnya, diantaranya Madre (2011), Kepingan Supernova (2017), Aroma Karsa (2018), Di Balik Tirai Aroma Karsa (2018), dan Rantai Tak Putus (2020). Di antara sejumlah penghargaan sastra yang pernah diperolehnya, Dee merupakan satu-satunya penulis Indonesia yang pernah meraih dua kali gelar Book of The Year, dan dua kali mendapat gelar Anugerah Pembaca Indonesia untuk kategori Buku Favorit dan Penulis Favorit.

Kegigihan Dee Lestari dalam melawan ketidakpercayaan diri terhadap dirinya sendiri membuat saya merasa terpacu semangatnya dalam hal menulis karena saya masih tergolong baru belajar dunia kepenulisan dan masuk ke komunitas. Karya-karya Dee Lestari amat menginpirasi dan menambah kosa kata dalam menulis terutama karya fiksi yang berjudul Aroma Karsa. Buku yang berjumlah 724 halaman tersebut merupakan karya Dee Lestari yang pertama kali menarik saya untuk membacanya. Buku ini terbit tahun 2018 dengan versi fisik maupun digital.

Di awal membaca buku Aroma Karsa, Dee membuat pembaca penasaran seperti apa jenis dan bentuk dari tumbuhan Puspa Karsa. Novel ini berisi ambisi seorang Raras memburu tumbuhan Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma. Buku Aroma Karsa ditulis Dee Lestari berdasarkan riset yang sangat matang dan petualangan yang menantang sehingga sangat rekomen untuk dibaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar