Seorang ayah menaruh
majalah yang dibaca ketika menerima secarik kertas dari anaknya. Dalam lembaran
tersebut tertulis “Saya berjanji tidak akan mencuri uang lagi”. Sejurus kemudian
wajah sang ayah berubah drastis. Matanya langsung menyala dengan garangnya. “Dasar
anak bandel, apalagi yang kamu perbuat hari ini? apa belum puas membuat ayahmu
malu?”
Sang ayah
merenggut badan anaknya dengan kasar agak mendekat. “Dasar anak tak tahu
aturan! Pencuri! Masih kecil sudah pandai mencuri, mau jadi apa kalau sudah
besar nanti? Mau jadi perampok? Memalukan!”
Sepintas respon
sang ayah terhadap anaknya yang ketauan mencuri uang milik temannya tersebut
merupakan hal yang wajar. Anak yang baru saja duduk di bangku kelas 5 SD sudah
berani melakukan tindakan tercela sehingga membuatnya kecewa dan marah. Namun,
dari segi pendidikan, reaksi tersebut tidak bisa dibenarkan.
Ketika seorang
anak salah, maka seharusnya ayah bisa membedakan antara pribadi anak dan
perilaku yang dikerjakannya. Pencuri adalah mereka yang memang jahat dan
pekerjaannya mencuri. Namun, pencurian tidak hanya bisa dilakukan oleh seorang
pencuri, melainkan juga bisa dilakukan oleh seorang anak baik-baik, ketika
mungkin satu kali dia sedang khilaf dan dia tidak terus menerus mencuri
sehingga tidak pantas jika dia disebut pencuri.
Lalu bagaimana
seharusnya sang ayah bereaksi dengan perilaku tercela anaknya tersebut? Sebaiknya
sang ayah bertanya alasan dibalik perilaku anaknya. Ayah akan lebih bijak jika
mendekati anak, menggali hal yang mendorong dia mencuri kemudian memvalidasi
perasaannya. Secara fitrah, anak yang dihargai dan diberi kepercayaan
selanjutnya akan lebih terbuka mengungkapkan isi hatinya. Ketika anak sudah
merasakan hal tersebut, maka kita sebagai orang tua juga lebih mudah dalam
memberikan nasehat. Betapa pun besar kesalahan perilaku itu, jangan sampai
mengubah konsep penghargaan orang tua terhadap pribadi anak.
Salah satu kasus
yang saya angkat di atas adalah kutipan kasus yang diangkat dalam buku berjudul
Mendidik Anak dengan Cinta karya Irawati Istadi. Beliau yang juga berprofesi
dengan psikolog membeberkan berbagai pengalamannya serta lingkungan sekitarnya
dalam mendidik anak dengan cinta didasarkan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Dalam buku ini
sebagai orang tua akan diajak untuk lebih mengenal anak dari ranah keimanan. Mendidiknya
dengan penuh cinta bukanlah memberikan apa saja yang anak mau, akan tetapi
memberikan apa yang anak butuhkan dalam kehidupannya kelak. Ketika mendidik
dengan cinta, maka pola mendidik anak akan meletakkan cinta dan kasih sayang kita
sebagai orangtua menjadi modal utama dalam membesarkan, merawat, dan membimbing
buah hati kita.
Bagi saya pribadi
yang masih suka sumbu pendek dan meledak-ledak dalam merespon berbagai tingkah
anak, buku ini menjadi sebuah alarm. Melalui buku ini, saya mendapatkan sebuah
reminder yang membuat saya bermuhasabah. Saya diingatkan untuk bisa lebih
sabar, ikhlas, dan menerima berbagai tingkah menggemaskan anak. Apalagi jika
mengingat bahwa ibu adalah madrasah pertama anak. Sudah seharusnya kita mengisi
rumah yang didalamnya terdapat banyak muatan cinta dan energi positif yang
harus dialirkan ke seluruh anggota keluarga.
Buku ini ditulis
dengan pemahaman sederhana bahwa kesadaran para orangtua patut ditumbuhkan
terkait kesalahan-kesalahan tanpa sengaja yang selama ini kerap dilakukan. Buku
ini mencoba menguak seribu satu peluang yang sebenarnya bertebaran di sela-sela
kehidupan orangtua dengan anak, yang sekilas tampak remeh, tetapi ternyata bisa
dimanfaatkan untuk mengajarkan dasar-dasar ketauhidan, pendidikan akhlak yang
mulia, serta kematangan berpikir.
Berbagai kasus
dan peristiwa yang disampaikan dalam buku ini juga diulas sesuai dengan
keseharian kita serta dengan bahasa keseharian yang lugas. Hal ini akan membuat
kita seolah tengah membaca potret kehidupan kita sehari-hari. Dengan memahami bahasa
cinta yang diajarkan dan dicontohkan dalam Islam, diharapkan para orangtua akan
bisa meningkatkan kualitas pendidikan kepada anak-anaknya sehingga hasilnya pun
menjadi generasi semakin berkualitas.
Judul: Mendidik
dengan Cinta
Penulis: Irawati
Istadi
Penerbit: Pro-U
Media
Tahun terbit:
2016
Jumlah hal: 388
Tidak ada komentar:
Posting Komentar