Dia adalah sosok ibu bagi ayahnya.
Siapakah sosok perempuan ini?
Dia adalah Fatimah Az-Zahra, putri keempat Rasulullah SAW dengan Khadijah. Fatimah memiliki tiga kakak perempuan yaitu Zainab, Ruqayah, dan Ummu Kalsum dan dua kakak laki-laki Qasim dan Abdullah yang meninggal ketika masih kecil. Fatimah memiliki karakter yang terpuji berkat bimbingan yang baik serta penuh kasih sayang dari Nabi Muhammad SAW dan Khadijah secara langsung.
Fatimah bayi langsung disusukan kepada Khadijah, bukan pada orang lain seperti adat yang ada saat itu. Ibunya, Khadijah, merupakan perempuan wanita terhormat, dianggap mulia di antara kaumnya, memiliki kecerdasan tinggi, dan bijak dalam berpikir. Hal ini lah yang dapat diwariskan kepada anak yang disusukannya secara langsung. Menyusui secara langsung seperti yang dilakukan oleh ibunda Khadijah memiliki manfaat diantaranya adalah membangun ikatan emosional dan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi yang terbiasa menyusui secara dapat membantu menunjang proses perkembangan otak dan fisik bayi.
Khadijah menikmati masa menyusui Fatimah di lembah Abu Thalib. Pada masa itu timbul kebencian dari kaum Quraisy karena Islam semakin tersebar di kalangan kabilah sehingga mereka merencanakan untuk membunuh Rasulullah SAW. Masa persapihan Fatimah dan belajar bicaranya pun juga dihabiskan di lembah yang panas tersebut.
Dari kelahiran Fatimah Az Zahra, Allah SWT menunjukkan bahwa kelahiran anak perempuan memiliki kedudukan yang mulia di mata Islam. Allah menakdirkan pemimpin dan imam besar dari keturunan anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Hal ini bertolak belakang dengan anggapan kaum Quraisy yang menganggap aib ketika ada anak perempuan yang lahir. Bahkan zaman dahulu, ada yang tega mengubur hidup-hidup bayi yang telah dilahirkannya.
Ketika usianya telah dewasa dan siap menikah, Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu Rasulullah SAW yang dididik dan dibesarkan bersama Fatimah. Mereka dikaruniai 4 orang anak, bernama Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kultsum. Fatimah menjadi tauladan bagi istri pemimpin besar dan menjadi ibu yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Fatimah juga aktif dalam kegiatan dakwah terutama tentang hukum Islam.
Di tengah kondisi masyarakat yang materialistis, Fatimah dapat mengajarkan pada kaumnya tentang kesederhanaan, menjauhi ketertarikan berlebihan terhadap dunia. Fatimah menjadi panutan dan contoh sifat-sifat sempurnanya, seperti rasa kemanusiaan, tanggung jawab, kesucian, harga diri, kecerdasan, dan berilmu pengetahuan yang luas.
Mendapat Gelar Ummu Abiha
Semenjak Fatimah lahir, Rasullah SAW melihat tanda keberkahan pada diri putrinya. Rasulullah memberikan gelar Al Zahra yang artinya “yang bersinar wajahnya bak bunga”. Selain gelar tersebut, Fatimah juga mendapatkan julukan Ummu Abiha yang artinya ibu dari ayahnya. Hal ini dikarenakan sejak ibunya meninggal, Fatimah yang selalu setia mendampingi dan mengurusi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Rasulullah SAW. Kecintaan Fatimah terhadap ayahnya begitu besar. Ia amat paham tugas dakwah yang diemban ayahnya.
Ketika terjadi perang Uhud, Rasulullah SAW terluka akibat pertempuran yang terjadi. Rasulullah mendapatkan hantaman dua bongkahan batu di wajah beliau sehingga dagunya dipenuhi darah. Mendengar hal tersebut Fatimah pergi ke Uhud bersama Syafiyyah binti Abdul Muththalib, bibi Nabi Muhammad SAW.
Sesampainya di Uhud, Fatimah segera menghampiri Rasulullah SAW dan menanyakan kondisi beliau. Melihat kondisi ayahnya, Fatimah segera membersihkan wajah beliau. Fatimah dibantu sang suami dengan menuangkan air ke wajah Rasulullah SAW. Namun, ternyata hal tersebut belum bisa menghentikan pendarahan yang dialami Rasulullah SAW. Kemudian Fatimah mencoba membakar beberapa utas tali dan mengusapkan abunya ke luka beliau yang akhirnya dapat menghentikan pendarahan.
Allah menjanjikan dia…
Enam bulan sepeninggal Rasulullah SAW, Fatimah sakit. Kian hari sakitnya semakin parah. Sebelum akhirnya meninggal, Fatimah mewasiatkan beberapa hal kepada suaminya, Ali, yaitu:
- Fatimah meminta Ali untuk menikahi Umamah binti Abu Ash ibn Rabi’, putri kakaknya, Zainab.
- Fatimah meminta Ali untuk membuatkan keranda mayat karena rasa malunya yang amat besar bila jenazahnya hanya ditutup dengan kain.
- Lagi-lagi karena rasa malu yang amat besar, Fatimah meminta Ali menguburkannya malam hari di Baqi’.
Fatimah Az Zahra meninggal di pangkuan suaminya saat usianya masih muda, yaitu 29 tahun. Berkat ketaatannya dan pengabdiannya pada Islam semasa hidupnya, Allah menjanjikan Fatimah surga.
“Pemuka wanita masuk surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulillah shallahu’alaihi wasalam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah” (HR Muslim).
Sumber:
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3272/4/63111071_Bab3.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/19096/1/RIKA%20ABDULLAH-FAH.pdf
https://ia803106.us.archive.org/22/items/etaoin/Fatimah.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar