Syila adalah seorang ibu baru yang sedang berbahagia menyambut kelahiran anak pertamanya. Dia izin meninggalkan suaminya sejenak untuk menikmati masa indah dengan anak selama 2 bulan. Dia merasa aman dan nyaman melahirkan di kota kelahirannya yang dingin, Kota Malang.
Namun, angan-angan bahagianya itu buyar seketika saat
ketubannya pecah dan langsung keruh. Dokter tidak bisa menunggu lama lagi. Setelah
diinduksi tetapi tidak berhasil, maka dokter memutuskan untuk melakukan
tindakan operasi.
“Dok, apa tidak bisa menunggu sedikit lagi?” tawar Syila
sambil merintih sakit akibat induksi.
“Monggo ibu kalau mau menunggu. Hanya saja kasihan bayinya. Dia
bisa meminum air ketuban yang keruh tersebut dan bisa keracunan.” jawab dokter
yang tetap santun.
Akhirnya tindakan operasi pun dilakukan. Syila yang tak
menyiapkan mentalnya untuk ini mau tidak mau harus berjuang di ruang operasi
seorang diri. Suaminya tidak diperkenankan masuk.
22.13 WIB bunyi tangisan seorang bayi laki-laki terdengar.
Ya, bayi mungil yang diberi nama Salman Alfarizi telah lahir dengan selamat.
____
“Selamat pagi Ibu Syila, Bapak Hendri, ini bayi gantengnya,
Bu. Alhamdulillah sehat lengkap semua, Bu.” perawat datang menyapa sambil
membawa Salman.
Sambil mengernyit kesakitan akibat bekas operasi, Syila
menyambut bayi mungilnya dengan gembira. Seolah kesakitannya hilang seketika
saat melihat Salman.
“Sekarang coba IMD (Inisiasi Menyusui Dini) lagi ya, Bu. Semoga
ASInya lancar. Jangan lupa memastikan pelekatan antara mulut bayi dan puting ibu
benar untuk meminimalisir sakit. Kalau nantinya mau pumping, ASI perahnya bisa
disimpan di kulkas ini bu.” kata perawat yang dengan telatennya mendampingi dan
menasehati Syila sebagai ibu baru.
Selama 3 hari di rumah sakit, Syila dan suaminya bekerja
sama dengan habit baru mereka. Suaminya begitu telaten menyiapkan pompa ASI,
memastikan jahitan istrinya aman, dan sigap ketika Salman menangis.
Syila pulang dari rumah sakit bersamaan suaminya yang juga
harus kembali bekerja. Hendri menitipkan Syila dan Salman kepada mertuanya. Walapun
terasa masih ingin bersama, tapi mereka harus sama-sama rela berpisah untuk 2
bulan ke depan.
2 bulan dilalui Syila dengan bahagia, adanya support sistem
dari kedua orang tuanya membuat Syila hampir tidak pernah merasakan baby blues.
Tanpa terasa minggu ini saatnya Syila harus mulai kembali ke rumah suaminya. Dia
harus kembali bekerja.
Syila memutuskan kembali lebih awal agar dia, Salman, suami,
dan mertuanya bisa saling adaptasi dengan adanya anggota baru. Apalagi ketika
Syila bekerja, Salman akan diasuh oleh mertuanya.
Syukur walaupun sudah tua, tetapi mertua Syila mau belajar,
terutama tentang penyusuan menggunakan ASI perah. Syila bisa dengan tenang
meninggalkan Salman di rumah.
___
Hari-hari dilalui Syila dengan bahagia. Ia begitu menikmati
perannya menjadi seorang working mom. Hingga akhirnya Syila berpikir untuk
resign dari pekerjaannya.
“Keputusanmu sudah bulat?” tanya Hendri kepada Syila.
“Iya,Mas. Aku ingin lebih fokus mengurus Salman. Aku enggak mau
ketinggalan tumbuh kembang Salman. Kan golden age gini baiknya dekat dengan ibunya.”
jawab Syila mantap.
___
Akhirnya seorang working mom berubah menjadi seorang ibu
rumah tangga yang fokus mengurus anak, suami, dan segala pekerjaan rumah. Hingga
tak terasa Salman sudah memasuki usia 6 bulan. Syila berusaha terus beradaptasi
dengan keadaannya. Dia mencoba selalu menikmati setiap apa yang ia kerjakan. Ada
kalanya Syila lelah, tapi ia ingat-ingat lagi keputusan yang telah ia buat.
“Yang namanya perempuan kurang afdol kalau lahirannya secara
operasi. Rasanya belum jadi ibu yang sesungguhnya. Nanti lahiran berikutnya
normal ya”
Kalimat tersebut sukses menghujam hati Syila. Kepercayaan
dirinya runtuh seketika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar