Kamis, 08 Juni 2023

Self Love Syila

Syila adalah seorang ibu baru yang sedang berbahagia menyambut kelahiran anak pertamanya. Dia izin meninggalkan suaminya sejenak untuk menikmati masa indah dengan anak selama 2 bulan. Dia merasa aman dan nyaman melahirkan di kota kelahirannya yang dingin, Kota Malang.

Namun, angan-angan bahagianya itu buyar seketika saat ketubannya pecah dan langsung keruh. Dokter tidak bisa menunggu lama lagi. Setelah diinduksi tetapi tidak berhasil, maka dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi.

“Dok, apa tidak bisa menunggu sedikit lagi?” tawar Syila sambil merintih sakit akibat induksi.

“Monggo ibu kalau mau menunggu. Hanya saja kasihan bayinya. Dia bisa meminum air ketuban yang keruh tersebut dan bisa keracunan.” jawab dokter yang tetap santun.

Akhirnya tindakan operasi pun dilakukan. Syila yang tak menyiapkan mentalnya untuk ini mau tidak mau harus berjuang di ruang operasi seorang diri. Suaminya tidak diperkenankan masuk.

22.13 WIB bunyi tangisan seorang bayi laki-laki terdengar. Ya, bayi mungil yang diberi nama Salman Alfarizi telah lahir dengan selamat.

____

“Selamat pagi Ibu Syila, Bapak Hendri, ini bayi gantengnya, Bu. Alhamdulillah sehat lengkap semua, Bu.” perawat datang menyapa sambil membawa Salman.

Sambil mengernyit kesakitan akibat bekas operasi, Syila menyambut bayi mungilnya dengan gembira. Seolah kesakitannya hilang seketika saat melihat Salman.

“Sekarang coba IMD (Inisiasi Menyusui Dini) lagi ya, Bu. Semoga ASInya lancar. Jangan lupa memastikan pelekatan antara mulut bayi dan puting ibu benar untuk meminimalisir sakit. Kalau nantinya mau pumping, ASI perahnya bisa disimpan di kulkas ini bu.” kata perawat yang dengan telatennya mendampingi dan menasehati Syila sebagai ibu baru.

Selama 3 hari di rumah sakit, Syila dan suaminya bekerja sama dengan habit baru mereka. Suaminya begitu telaten menyiapkan pompa ASI, memastikan jahitan istrinya aman, dan sigap ketika Salman menangis.

Syila pulang dari rumah sakit bersamaan suaminya yang juga harus kembali bekerja. Hendri menitipkan Syila dan Salman kepada mertuanya. Walapun terasa masih ingin bersama, tapi mereka harus sama-sama rela berpisah untuk 2 bulan ke depan.

2 bulan dilalui Syila dengan bahagia, adanya support sistem dari kedua orang tuanya membuat Syila hampir tidak pernah merasakan baby blues. Tanpa terasa minggu ini saatnya Syila harus mulai kembali ke rumah suaminya. Dia harus kembali bekerja.

Syila memutuskan kembali lebih awal agar dia, Salman, suami, dan mertuanya bisa saling adaptasi dengan adanya anggota baru. Apalagi ketika Syila bekerja, Salman akan diasuh oleh mertuanya.

Syukur walaupun sudah tua, tetapi mertua Syila mau belajar, terutama tentang penyusuan menggunakan ASI perah. Syila bisa dengan tenang meninggalkan Salman di rumah.

___

Hari-hari dilalui Syila dengan bahagia. Ia begitu menikmati perannya menjadi seorang working mom. Hingga akhirnya Syila berpikir untuk resign dari pekerjaannya.

“Keputusanmu sudah bulat?” tanya Hendri kepada Syila.

“Iya,Mas. Aku ingin lebih fokus mengurus Salman. Aku enggak mau ketinggalan tumbuh kembang Salman. Kan golden age gini baiknya dekat dengan ibunya.” jawab Syila mantap.

___

Akhirnya seorang working mom berubah menjadi seorang ibu rumah tangga yang fokus mengurus anak, suami, dan segala pekerjaan rumah. Hingga tak terasa Salman sudah memasuki usia 6 bulan. Syila berusaha terus beradaptasi dengan keadaannya. Dia mencoba selalu menikmati setiap apa yang ia kerjakan. Ada kalanya Syila lelah, tapi ia ingat-ingat lagi keputusan yang telah ia buat.

“Yang namanya perempuan kurang afdol kalau lahirannya secara operasi. Rasanya belum jadi ibu yang sesungguhnya. Nanti lahiran berikutnya normal ya”

Kalimat tersebut sukses menghujam hati Syila. Kepercayaan dirinya runtuh seketika.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar