Minggu, 11 Juni 2023

Sebuah Buku Penyemangat Pejuang Garis Dua

I am Sarahza, pertama kali rilis pada bulan April 2018 lalu. Saat mengetahui buku ini akan rilis saya langsung bergerak cepat untuk mendapatkan pemesanan eksklusifnya. Ketika itu pemesanan pre order akan mendapatkan tanda tangan penulisnya, Hanum Salsabiela Rais. Rilisnya buku ini sekaligus sebagai kado ulang tahun bagi ayahnya, Amien Rais.

Cuplikan dan sinopsis dari buku I am Sarahza amat menarik bagi saya. Apalagi ketika itu saya yang termasuk pengantin baru belum dikaruniai anak setelah 4 bulan menikah. “Sudah isi kah?”. Entah sudah berapa pertanyaan yang sudah saya terima sejak menikah terkait momongan.

Bulan April adalah hari ulang tahun saya. Pinta saya pada Tuhan, bulan ini saya ingin dihadiahi seorang keturunan. Namun, Tuhan belum mengizinkan. Melalui buku ini seolah saya dirangkul oleh sesama pejuang garis dua.

I am Sarahza memberi kekuatan bagi pejuang garis dua untuk tidak pernah putus asa. Mengingatkan untuk tetap berjuang. Menasihati untuk tidak melupakan faktor penentu utama dari segala ikhtiar yang telah dilakukan.

Dari buku I am Sarahza kita akan mendapatkan sisi lemah dan kuatnya sebagai istri, support suami yang begitu besar, serta hangatnya dekapan orang tua yang masih setia mendampingi perjuangan anak dan menantunya tanpa banyak ikut campur.

Di mana ada harapan

Di situ ada kehidupan

Dua kalimat pembuka yang tertulis di cover buku itu memiliki makna yang begitu dalam bagi saya. Buku yang ditulis oleh Hanum Rais dan suaminya, Rangga Almahendra ini mengisahkan perjuangan mereka dari tahun pertama menikah hingga tahun kesebelas saat Sarahza hadir ke dunia.

Dalam buku ini Hanum Rais menampilkan tiga sudut pandang dalam bercerita. Dari sudut pandangnya, suaminya, bahkan sang anak, Sarahza juga turut bercerita secara fiktif. Di Lauhul Mahfuzh dia menceritakan bahagianya dia di sana. Dia meyakini bahwa jika kedua orang tuanya menginginkannya sepenuh hati maka takdir mereka bertiga akan semakin kuat.

Betapa saya langsung membayangkan anak yang nantinya ditakdirkan untuk saya kandung. Kapan dia akan hadir? Sudah pantaskah saya mengemban amanah itu?

Petualangan cerita untuk mempunyai buah hati dari pasangan ini mulai di tahun kedua saat sang suami, Rangga mendapatkan beasiswa ke Vienna.

Congratulation for the doctoral scholarship from Vienna University of Economics and Business (WU Vienna), begitu petikan surat elektronik yang diterima Rangga.

Sempat terjadi perbincangan yang amat serius saat berbicara terkait beasiswa, keikutsertaan hanum, serta anak. Saat itu karir Hanum di dunia TV sedang bagus-bagusnya. Seketika itu pula Rangga keterima di Vienna. Rangga juga membicarakan tentang anak. Namun, gayung tak bersambut. Hanum masih egois dengan karirnya. Dia belum rela melepas masanya “hanya” demi anak.

Keegoisan seorang Hanum Rais diruntuhkan oleh nasihat bijak dan menyentuh dari kedua orang tuanya. Ketika membacanya saya merasakan hangatnya keluarga yang diciptakan di rumah seorang Amien Rais. Terasa amat berbeda dengan ketika seorang Amien Rais yang sedang mengkritisi pemerintahan maupun ketika sedang berpolitik.

Family is priority.

Family must come first whatsoever.

Bumi Allah itu luas, berkarya bisa di mana saja.

Jadi perempuan pembahagia suami itu lebih konkret daripada apapun yang dikejar di dunia ini.

Kamu mungkin mengejar menjadi wanita terhormat versimu.

Akan tetapi, kamu membengkalaikan suamimu dalam keadaan tidak hormat.

Di tahun ketiga akhirnya pasangan tersebut akhirnya hidup bersama. Hanum Rais fokus menapaki karir ibu rumah tangganya sambil mengisi gelas kosongnya di Wina. Mereka juga memulai petualangan serius untuk berjuang program hamil dengan cara inseminasi.

Beberapa kali inseminasi namun masih gagal, membuat hati seorang wanita patah sepatah-patahnya. Begitu pentingnya support seorang suami. Hal ini lah yang benar-benar dilakukan Rangga. Dia menemani bahkan membesarkan hati Hanum Rais yang lagi-lagi menadapati dirinya menstruasi.

Dari cerita yang dipaparkan saya begitu merasakan betapa besarnya peran Rangga dalam hidup Hanum Rais. Lelaki yang amat bertanggung jawab, memikirkan detail istrinya secara lahir batin, bahkan termasuk karir istrinya. Di saat hal yang diinginkannya pun belum bisa terwujud, dia menjadi garda terdepan menyemangati istrinya. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Hanum.

Kegagalan inseminasi tersebut akhirnya mengantarkan Hanum Rais lebih intens bercengkrama dengan perpustakaan, buku, dan komputer. Hingga pada tahun kelima pernikahan, pasangan tersebut melahirkan buku pertamanya berjudul 99 Cahaya Di Langit Eropa.

Boomingnya buku ini membuat sedikit terlupakan tentang anak. Hingga akhirnya Hanum Rais dan Rangga memutuskan untuk menerima saran dari ibu melakukan program bayi tabung.

Perjuangan bayi tabung yang merupakan cara paling mutakhir ternyata masih saja gagal. Keterpurukan benar-benar hadir dalam diri Hanum Rais. Dia amat terpukul dengan kabar yang diterimanya dari tempatnya IVF (In Vitro Fertilization). Lalu, bagaimana akhirnya pasangan ini bisa mendapatkan Sarahza dalam hidup mereka?

Buat yang penasaran dengan kelanjutan ceritanya bisa membeli buku I am Sarahza, tentunya dengan versi aslinya ya! Malu dong kalau beli versi bajakan!

 

Judul Buku          : I am Sarahza

Penulis                 : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

Penerbit              : Republika

Terbit                    : April 2018

ISBN                      : 9-786025-734212

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar