Kamis, 18 Juni 2015

Percakapan Logika dan Perasaan



Logika             : Hello, perasaan,, apa kabarmu?
Perasaan          : Hello, logika, saat ini kabarku sedang tidak baik. Bagaimana denganmu?
Logika             : Alhamdulillah aku sedang baik-baik saja, kamu kenapa? Kamu sakit?
Perasaan          : Iya, kondisiku sedang tidak baik, sedang tidak tenang dan merasa plin plan.
Logika             : Ada hal yang mengganggumu?
Perasaan          : Aku sendiripun tidak tau hal apa yang menggangguku.
Logika             : Em,, sepertinya kamu sudah berjalan menjauh.
Perasaan          : Menjauh dari?
Logika            : Apa kamu tidak merasa kita semakin jauh dan sudah tidak berjalan beriringan lagi?    Kamu juga sudah tidak pernah hadir waktu lantunan ayatNya.
Perasaan      : (Terdiam sejenak) Mungkin benar apa yang kamu katakan, kita sudah lama tidak berjalan beriringan, ketika berjalan aku hanya menengok tanpa mau beriringan denganmu. Bahkan pada waktu-waktu yang telah ditentukanNya pun aku mengacuhkan untuk hadir.
Logika          : Cobalah merenung sejenak, renungkan semua hal yang kita lalui ketika kita beriringan, dan bandingkan saat kamu memilih berjalan sendiri.
Perasaan        : Iya, aku merasa tidak bisa mengendalikan diriku ketika aku berjalan sendirian bahkan tanpa tuntunanNya. Aku terlalu mengikuti apa yang aku inginkan tanpa berdiskusi denganmu ataupun memperhatikan tanda-tanda yang diberi olehNya. Aku lemah tanpamu dan tanpaNya. Aku lalai....
Logika          : Sudahlah, saatnya sekarang semua itu kamu jadikan pelajaran. Kedepannya mari kita berjalan beriringan lagi. Entah kamu dulu atau aku dulu yang penting tidak saling meninggalkan satu sama lain. Kita sudah seperti sepasang kaki, dimana ketika berjalan nggak bisa berjalan sempurna tanpa satu kaki, dan ketika yang satu melangkah, kaki satunyapun juga melangkah. Kita terutama kamu juga harus mulai hadir saat lantunan ayatNya disenandungkan, karena itu adalah petunjuk arah bagi kita saat berjalan.
Perasaan         : Baiklah, mari kita memulai petualangan baru bersama


Akhirnya logika dan perasaan-pun berjalan beriringan, walaupun tidak selalu berjalan pada porsi yang sama, tetapi mereka saling melibatkan. Tidak lupa mereka terlibat dalam waktu-waktu yang telah ditentukan olehNya sehingga perjalanan mereka menjadi penuh berkah dan terarah.